[OPINI] Pertanian adalah Pertahanan Perut bukankah Ini Pertahanan Terpenting Negara?

petani padi - unsplash

Intisari:
• Pertanian sangat penting karena berhubungan dengan kebutuhan pokok manusia
• Pertanian merupakan pertahanan negara yang pertama kali harus diperkuat
• Pencetakan generasi penerus di bidang pertanian masih sangat minim. Ini berbahaya


. Kenyataan bahwa pertanian adalah urusan perut seluruh negara
 
Anda pernah lapar? Bagaimana rasanya?
Anda pernah kehabisan makanan ketika hendak membeli padahal sedang lapar-laparnya?
Bagaimana jika Anda punya banyak uang tapi tidak ada makanan yang bisa dibeli?
Silakan dijawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
 
Seperti itulah ketergantungan kita terhadap makanan karena memang itulah kebutuhan utama kita untuk bisa hidup.
Kemudian Anda tentu sudah paham dan mengerti penuh bahwa makanan kita tidak bisa dilepaskan dari kegiatan pertanian.
Anda makan nasi, sayur, dan semua makanan nabati, semua itu dari kegiatan bertani. Iya, termasuk semua bumbu yang digunakan.
 
Sepenting itulah pertanian bagi hidup Anda, saya dan seluruh orang di negara ini bahkan dunia.
Jadi pertanian adalah urusan perut seluruh warga negara dan seluruh manusia termasuk Anda dan saya.
Jika urusan perut ini tidak tercukupi, jadi rebutan, apa akibatnya? Tentu saja perang.
 
Kesejahteraan yang Mandiri adalah Pertahanan Negara
 
Hampir semua wilayah konflik yang warganya berperang adalah wilayah dengan urusan perut yang sulit terpenuhi. Dan mereka berperang untuk mendapat bayaran ataupun jarahan untuk hidup mereka dan keluarganya.
Logikanya seperti ini, jika warganya sibuk bekerja, sibuk bertani, sibuk mencari ikan, sibuk berdagang, apa mereka akan mau diajak perang, dijadikan gerilyawan meninggalkan keluarganya? Tentu saja tidak.
 
Ironisnya, di negeri ini seolah pertanian belum diprioritaskan atau malah ditinggalkan. Itu pandangan saya saja. Mungkin Anda berbeda pandangan.
 
Saat ini kita sedang menghadapi pandemi global. Banyak negara yang membatasi lalu lintas manusia dan barang untuk sementara waktu. Sepertinya ini bisa menjadi sedikit pengingat bahwa kekacauan atau kelumpuhan dunia itu mungkin terjadi di masa depan.
 
Coba kita menggunakan "dunia seandainya".
Seandainya seluruh dunia mengalami kekacauan, kelumpuhan, bencana global, kira-kira siapakah negara yang mampu bertahan menghadapinya?
Kalau saya menjawab "negara yang mampu makan sendiri, mampu memproduksi makanannya untuk rakyatnya sendiri."
 
Jadi bolehlah kiranya kalau Pertanian dijadikan sebagai Pertahanan Negara yang harus diperkuat pertama kali sebelum pertahanan lainnya. 
Apa Anda setuju? Boleh iya, boleh tidak
 
Kalau Anda setuju, mari kita lanjutkan untuk melihat kondisi pertanian di pedesaan dari kacamata seorang anak petani seperti saya.
Meskipun Anda tidak setuju mengenai jawaban saya di atas, tentu saja Anda tetap boleh melanjutkan membaca.
 
. Pencetakan generasi penerus pertanian hampir tidak ada, apa pertanian dikehendaki musnah dari aliran darah pribumi?
 
Anda lebih setuju yang mana dengan pilihan berikut ini: harga beras 10.000 per kg tapi ada yang tidak bisa membeli, atau 100.000 per kg tapi semua bisa membeli? Kalau saya pilih opsi kedua. Semoga kita sependapat.
Terus apa hubungannya dengan generasi penerus?
Begini, sampai saat ini, di mana pun saya tinggal (karena saya perantau), petani selalu mendapat predikat sebagai profesi berpenghasilan sedikit dan memang begitu kenyataannya.
 
Kondisi ini mengakibatkan para generasi tua enggan untuk mendidik anak-anaknya, generasi penerusnya menjadi seorang petani. Ini juga saya alami.
Celakanya, pemerintah seolah membiarkan hal ini atau malah mendukung. Itu pendapat saya.
 
Apa buktinya?
Sampai saat ini, saya tidak habis pikir mengapa di kota saya lahir (tentu saja saya sebut sebagai kota, masa desa) belum ada SMK jurusan pertanian. Saya tidak akan berbicara se-Indonesia dulu, saya berbicara yang saya tahu saja.
Padahal kota kelahiran saya mayoritas profesinya adalah petani. Aneh kan?
 
Menurut saya ini ironis sedikit miris.
Apa iya, nantinya generasi saya harus mulai membeli beras untuk makan di kota kelahiran saya sendiri. Celakanya kalau beras itu juga harus dibeli pemerintah dari negara lain, dari orang asing. Naudzubillah mindzalik.
 
Jadi dari mana asalnya stigma negatif terhadap profesi pertanian ini? Dari mana asalnya cita-cita generasi tua yang tidak ingin generasi penerusnya menjadi petani ini? Mungkin Anda bisa membantu menjawab.
 
Tentu saja di balik kesulitan ada kemudahan. Di luar sana ada juga anak muda - anak muda yang mendedikasikan hidupnya untuk mengubah kondisi pertanian negeri ini. 
Insayaallah akan kita bahas pada artikel lain agar menjadi inspirasi bersama.
 
Tulisan ini hanya opini, bukan penelitian ilmiah, Anda bisa bebas mencela. Hanya saja saya berharap tulisan ini bermanfaat untuk sebagian orang lain yang mungkin juga memiliki kegelisahan yang sama sehingga sadar bahwa mungkin kita bisa melakukan sesuatu yang baik bersama.
 
Semoga pemerintah juga sadar bahwa pertanian adalah pertahanan negara Indonesia yang sangat aman penting untuk diperkuat. Setelah sadar, tentu harus bertindak memperkuatnya bukan malah memperburuk.