Cara Petani membangun aset, menjadi Kaya dan semakin Kaya


. Pengertian orang kaya
Orang kaya adalah orang yang tidur saja mendapatkan penghasilan atau kekayaannya meningkat
Menurut Anda, orang kaya itu yang seperti apa? Apa orang yang punya "banyak" uang, banyak rumah, atau banyak mobil? Mungkin benar, mungkin salah. "banyak" itu juga masih relatif.
 
Bagaimana jika pengertian orang kaya itu seperti ini:
"orang yang memiliki penghasilan cukup untuk semua kebutuhan dan gaya hidupnya tanpa harus bekerja". Intinya orang itu sudah tidak perlu bekerja namun tetap memiliki penghasilan cukup.
 
Sepertinya pengertian yang bisa diterima secara umum ya. Baik, mari kita sepakati dulu bahwa pengertian orang kaya adalah seperti di atas. Maaf sedikit memaksa, tapi tenang saja karena pengertian itu sudah berdasar pendapat ahli seperti Tung Desem Waringin.
Jadi, bisa kita anggap tepat.
 
Selanjutnya mungkin Anda yang seorang petani atau dari keluarga petani bertanya, "apa saya bisa jadi orang itu?". Jawabnya ya bisa, ya tidak. 
Bisa, kalau mengetahui caranya dan tentu saja diizinkan Yang Maha Kuasa. Tidak bisa, kalau tidak mengetahui caranya dan tidak diizinkan Yang Maha Kuasa.
 
Karena yang bisa kita kendalikan hanya faktor pertama, yaitu mengetahui caranya maka mari kita cari tahu caranya.
Yang perlu diketahui, orang kaya itu rata-rata memperoleh kekayaan dari asetnya. Dengan kata lain, asetnya lah yang memberikan penghasilan.
 
Saya ingatkan kembali bahwa kita sudah menyepakati bahwa orang kaya adalah orang yang sudah tidak perlu bekerja untuk memenuhi semua gaya hidupnya. Jadi, kalau orang yang masih harus bekerja secara aktif untuk mendapat penghasilan belum kita masukkan menjadi golongan orang kaya. Kita katakan saja orang yang berkecukupan.
 
Kembali kepada aset, ternyata orang kaya mengandalkan asetnya untuk mendapat penghasilan. Pertanyaannya, bagaimana seorang petani bisa memiliki aset seperti para orang kaya?
Sebelum berusaha memiliki aset, tentu saja kita harus paham mengenai apa itu Aset.
 
. Pengertian aset dan beban
 
Apa yang ada dalam pikiran Anda jika saya bertanya mengenai apa aset Anda? Rumah, sepeda motor, sawah, tegalan, ternak, mungkin juga mobil? Ternyata tidak semua dari yang sudah disebutkan tadi adalah aset.
 
Ada pengertian yang sangat mudah dipahami mengenai aset. Yaitu pengertian yang disampaikan oleh motivator bisnis no.1 Indonesia Tung Desem Waringin.
Dalam bukunya financial revolution, TDW mengutip pengertian aset menurut Robert Kiyosaki.
 
"aset adalah semua yang mendatangkan uang/penghasilan ke dompet Anda". Lawannya aset adalah beban, yaitu "semua yang mengeluarkan uang dari dompet Anda."
Dengan pengertian ini, kita bisa meneliti lagi apa yang selama ini kita anggap aset itu benar-benar aset.
 
Pertama rumah, bisa jadi aset bisa jadi beban.
Jadi aset jika Anda punya rumah yang dikontrakkan sehingga menghasilkan uang setiap bulan atau tahunnya.
Jadi beban jika rumah Anda masih nyicil dan harus membayar setiap bulannya.
 
Kedua, sepeda motor dan mobil. Bisa jadi aset jika digunakan bekerja, disewakan. Jadi beban jika hanya digunakan untuk jalan-jalan semata.
 
Ketiga, sawah dan tegalan. Sawah dan tegalan adalah aset.
 
Keempat, ternak. Ternak adalah aset yang sangat potensial bagi petani. Jika mampu mengelola dengan baik, ternak bisa menjadi aset yang memberikan keuntungan lebih dari 100% dalam 2 tahun. Kita akan membahasnya lebih detail di bagian sepertiga terakhir tulisan ini.
 
Oke, akhirnya kita bisa memahami apa itu aset dan apa itu beban. Ini adalah dasar yang sangat dibutuhkan untuk bisa memahami cara orang kaya mendapatkan penghasilannya sehingga Anda juga bisa meniru caranya.
 
Baik, sebelum kita memilih aset untuk dikembangkan, mari kita cari tahu dulu bagaimana orang kaya mengembangkan asetnya sehingga bisa kita tiru caranya.
 
. Ini yang membedakan orang kaya dan orang miskin
 
Pada dasarnya yang membedakan orang kaya dan orang miskin adalah diawali dari mindset kemudian dilanjutkan dengan perbedaan dalam mengelola uang.
Sebagai contoh begini, A adalah orang dengan mindset orang kaya dan B adalah orang dengan mindset orang miskin.
Keduanya sama-sama diberikan uang senilai 1 Miliar (1.000 juta).
Setelah 5 tahun A dan B dipertemukan. Ternyata, A sudah memiliki aset/kekayaan senilai 2 Miliar atau dua kali lipat dari uang yang diberikan kepadanya lima tahun lalu.
Sedangkan B, dia kembali kepada keadaan semula, uangnya habis tidak tersisa.
 
Jadi kira-kira apa yang membuat mereka sangat berbeda?
Ternyata mindset/pola pikir mereka yang membuat perbedaan luar biasa ini.
 
A setelah mendapatkan uang 1 Miliar berpikir bagaimana uang ini bisa menghasilkan uang lagi untuk dirinya. Gampangnya, bagaimana uang 1 Miliar itu bisa bertambah.
B setelah mendapatkan uang 1 Miliar berpikir bagaimana cara uang ini dibelanjakan untuk dirinya.
 
Akhirnya A tidak mengubah gaya hidupnya, dia tetap makan dengan makanan sehari-harinya. Dia tetap menggunakan motor lamanya. Yang berbeda, kini A banyak menghabiskan waktunya untuk mencari peternak yang mau diajak kerjasama dan mencari sawah-sawah yang produktif yang dijual. Dia mengajak peternak dan petani untuk bekerjasama. Selain itu dia juga mendirikan bengkel dan bekerjasama dengan orang yang ahli dalam perbengkelan.
 
Di kota lain, B setelah mendapat uang itu mengubah gaya hidupnya. Dia membeli mobil baru, merenovasi rumah menjadi megah, serta mendirikan sebuah swalayan dan dikelola sendiri meskipun dia belum pernah memiliki pengalaman maupun pengetahuan mengenai usaha swalayan.
 
Dan setelah 5 tahun, akhirnya A sukses meningkatkan aset/kekayaannya sedangkan B bangkrut dan kembali tidak memiliki apa-apa.
 
Apakah intinya bisa Anda mengerti?
Jadi, semua diawali dari mindset yang dilanjutkan dengan tindakan pengelolaan uang yang tepat. Dua hal itu yang membuat tindakan-tindakan selanjutnya dari keduanya (A dan B) sangat jauh berbeda.
 
A memilih untuk tidak mengubah gaya hidupnya, memilih bekerjasama dengan ahlinya dalam membangun aset dan usahanya. Sedangkan B sebaliknya, dia langsung mengubah gaya hidupnya, menggunakan uangnya untuk menambah beban keuangannya, dan membangun usaha tanpa memiliki pengetahuan/ilmunya.
 
Mungkin ada yang akan menyangkal, itu karena memang nasib/takdir mereka berbeda.
Iya, betul. Anda memilih mindset A itu adalah takdir Allah SWT, sedangkan jika Anda memilih mindset B itu juga takdir Allah SWT. Jadi Anda mau pilih takdir yang mana? Mudah bukan?
 
Semoga kita memilih dengan sadar memiliki mindset orang kaya.
 
. Cara petani membangun aset mulai dari nol
 
Setelah kita memahami apa itu aset dan apa itu beban, serta memilih mindset orang kaya, saatnya kita mulai membangun aset.
Pada tulisan ini saya mengkhususkan bagaimana petani bisa membangun aset. Mengapa? Karena sudah saatnya petani juga menggunakan cara orang kaya untuk menjadi kaya. Dan semua itu sebenarnya sudah diajarkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh para orang tua dahulu, para kakek nenek kita.
 
Mau bukti? Begini, apakah Anda menyadari bahwa di lingkungan kita ternyata para kakek bunyut kita dahulu rata-rata memiliki tanah yang luas, ternak yang banyak, dan tidak pernah terlilit hutang?
Benarkan? Lantas mengapa saat ini, kondisi jauh berbeda? Rumah kecil-kecil, tanah apalagi, ternak juga minim. Apa bedanya?
Ternyata orang-orang terdahulu menggunakan prinsip "kerja keras dan hidup hemat" atau bisa diistilahkan dalam bahasa arab "mujhid - muzhid". Kemudian apabila memiliki hasil, tidak buru-buru digunakan untuk DP motor/mobil baru tapi disimpan dalam bentuk emas (Aset).
 
Terlihat polanya? Kerja keras - hidup hemat - investasi aset. Itulah polanya.
Jadi, mari kita tiru.
Pertama, untuk kerja keras dan hidup hemat tentu masing-masing dari kita berbeda. Ini tergantung dari standar yang Anda tetapkan sendiri. Oke, tidak perlu kita bahas ya. Kalau mau dibahas, silakan komentar di bawah.
 
Kedua, aset. Investasi aset. Apa yang bisa petani jadikan aset?
Ternyata sangat mudah Anda dapatkan. Aset yang paling potensial dari seorang petani adalah beternak dan bertani. Ya, ini tidak bercanda. Bahkan dengan beternak dan bertani, pertumbuhan aset Anda akan dengan mudah mengungguli pertumbuhan aset orang-orang non petani.
 
Jika menginginkan aset dengan pertumbuhan cepat dalam waktu singkat, beternak.
Jika menginginkan aset yang tumbuh dan menghasilkan keuntungan untuk jangka panjang, bertani.
 
Mau bukti? Begini, apakah Anda pernah menghitung aset Anda ketika beternak? Coba kita hitung dengan contoh kasus.
A membeli seekor domba betina dan seekor domba jantan seharga 2,5 juta. Setengah tahun kemudian, ternyata dombanya beranak 2 ekor. Setelah 4 bulan disusui, akhirnya anaknya disapih. Setelah genap satu tahun setelah dibeli, dombanya bunting lagi. Dan setelah dua tahun dari pembelian domba milik A sudah menjadi 6 ekor, yaitu 1 domba betina dan 1 domba jantan yang dibeli dan 4 anaknya.
 
Nilai aset A setelah 2 tahun adalah sekitar 5,5 juta (2,5 juta + 2 juta harga anakan pertama + 1 juta harga anakan kedua).
Dalam 2 tahun asetnya tumbuh 120%. Mana ada bank syariah yang mampu memberikan bagi hasil sebesar itu?
 
Selanjutnya, A juga menanam 8 pohon alpukat di pekarangannya. Bibit alpukat yang dibeli adalah yang siap berbuah setelah 3 tahun. Total biaya bibit adalah 800.000. Setelah 3 tahun ternyata ada 1 pohon yang mati, sisa 7 pohon yang  berbuah. 
 
Setelah berbuah, ternyata rata-rata satu pohon mampu menghasilkan 30 kg alpukat mentega. Sehingga total sekali panen adalah 210 kg dari 7 pohon itu. Per kg dihargai oleh pemborong 9.000.
Jadi total pendapatan sekali panen adalah 1,89 juta. Jadi aset pertanian A bertumbuh dari 800 ribu menjadi 1,89 juta atau 130% dalam tiga tahun. Aset ini akan terus menghasilkan mungkin sampai 10 tahun berikutnya sampai pohon alpukatnya mati. Luar biasa.
 
Jadi, sebenarnya para petani lah yang berpeluang besar untuk cepat dalam membangun aset. Hanya saja, mungkin sampai saat ini, petani tidak sadar potensi itu. Kalau boleh jujur, sebenarnya para orang kaya membangun aset menggunakan prinsip bertani dan beternak ini.
Mereka membangun peternakan dan pertanian uang mereka melalui perusahaan-perusahaannya. 
 
. Cara petani meningkatkan aset dan menjadi kaya
 
Setelah kita memahami bagaimana seorang petani ternyata juga bisa membangun aset, seharusnya ada pertanyaan yang mulai menggelitik di pikiran Anda. Seberapa banyak aset yang dibutuhkan agar menjadi orang kaya, petani kaya?
 
Jawaban dari pertanyaan itu ya tergantung Anda. Berapa target pasive income Anda, berapa target penghasilan Anda dari aset itu. Mungkin ada yang 5 juta per bulan cukup, ada yang 10 juta per bulan cukup, Ada yang 50 juta per bulan belum cukup. Terserah target Anda.
 
Tapi yang jelas kita harus memahami bahwa untuk menjadikan aset  mampu menghasilkan pasive income yang banyak, kita tidak bisa menggunakan cara-cara lama yang selama ini kita jalankan.
Biasanya seorang petani menggunakan ternaknya sebagai tabungan sehingga dalam pengelolaannya tidak begitu memperhatikan sisi bisnisnya. Yang penting pas butuh ada. Nah cara kerja ini yang harus dirombak.
 
Ini juga berlaku untuk pertanian. Biasanya menanam pohon buah ditargetkan hanya untuk konsumsi anak cucu. Ini tidak salah, tapi kurang maksimal, harus dirombak mindsetnya.
 
Kini saatnya kita mulai mempelajari bagaimana aset kita yang berupa ternak dan kebun/tanaman itu bisa menjadi sebuah bisnis yang menghasilkan pemasukan. Tidak berhenti pada tujuan tabungan darurat dan konsumsi anak cucu saja. Lebih besar dari itu, lebih banyak dari itu.
 
Jadi selain mempelajari bagaimana cara beternak yang baik, kita juga harus belajar bagaimana bisnis peternakan itu.
Selain mempelajari bagaimana menanam tanaman buah yang baik, juga belajar bagaimana bisnis buah-buahan itu.
Jika semua itu terlihat masih abstrak dan jauh untuk dijangkau. Mari kita mulai dengan langkah kecil dulu.
 
. Memulai langkah kecil untuk membangun Aset yang besar
 
Kita gunakan contoh kasus beternak domba sebagai jalan pembuka membangun Aset.
Anggaplah Anda mempunyai domba 6 ( 1 betina, 1 jantan, 4 anakan) saat ini. Hasil dari contoh kasus yang ada di awal tulisan ini.
 
6 domba itu kita pelihara lagi selama 1 tahun. Sekarang 2 anakan pertama yang ternyata betina semua sudah bunting karena usianya sudah 2 tahun. Sementara itu indukan yang pertama sudah beranak lagi (anakan ketiga) 2 ekor jantan. Anakan kedua sekarang sudah berumur 1 tahun, keduanya jantan.
 
Jadi total domba yang ada di kandang adalah 8 ekor. Komposisinya 4 ekor dewasa, 1 jantan 3 betina, 2 ekor jantan usia 1 tahun, dan 2 ekor anakan usia 5 bulan. Nilai aset setara 9 juta rupiah. Karena Anda ingin agar ternak tidak terlalu banyak, Anda memutuskan untuk menjual 2 ekor jantan yang usianya 1 tahun. Anda mendapat uang tunai 2 juta rupiah.
 
Uang 2 juta ini jangan dihabiskan dulu, tapi sebaiknya Anda jadikan aset lainnya. Jumlah ini bisa Anda jadikan emas. Tujuannya adalah sebagai tabungan yang akan lebih sulit diambil. Mengapa? Ya agar tidak tergoda menggunakannya untuk kebutuhan konsumtif.
 
Jadi polanya: ternak-jual sebagian-ditabung dalam emas. Ulangi ini, jika tiap tahun Anda bisa menabung emas senilai 3 juta maka setelah 10 tahun Anda sudah memiliki Aset emas senilai 30 juta (meskipun pasti nilainya akan lebih karena harga emas cenderung naik).
 
Ah, kelamaan. Apa Anda berpikir demikian? Sebentar, kalau Anda mau lebih cepat, lebih banyak, gampang. Tingkatkan perputaran ternak Anda, misal jumlahnya jadi 2 kali lipat. Jadi anda juga bisa membeli emas dua kali atau lebih. Mengapa emas? Karena selain kita membangun aset yang tumbuh (ternak) kita juga harus membangun Aset yang aman (emas).
 
Kalau lupa apa itu aset tumbuh dan aset aman, bisa baca kembali di awal tulisan ini. Intinya aset tumbuh memiliki risiko lebih besar dibanding aset aman. Ternak bisa saja ada yang mati, itu risiko. Kalau emas tetap ada risiko tapi kecil. Misal dicuri, hilang.
 
Kan emas tidak bisa menghasilkan secara langsung? Betul, sebenarnya emas di sini kita fungsikan sebagai simpanan sementara untuk diubah menjadi aset lainnya.
 
Tabungan emas boleh diambil hanya jika ingin mengubahnya menjadi aset lain yang lebih menguntungkan. Misalkan Anda sudah punya cukup tabungan emas dan ada tanah dijual. Anda bisa menjual emas kemudian dibelikan tanah. Setelah Anda memiliki cukup tabungan emas lagi, Anda bisa menjualnya untuk membangun ruko atau kos-kosan di tanah tadi sehingga akan menghasilkan pendapatan secara langsung.
 
Polanya: ternak-sebagian dijadikan tabungan emas-tanah dan properti yang menghasilkan.
Itu urut-urutannya.
 
Apakah terlihat terlalu jauh? Coba kita bandingkan jika kita tidak membangun Aset seperti urut-urutan di atas.
Dalam 10 tahun, tanpa perencanaan, hanya mengikuti kebiasaan harian Anda, kira-kira secara perkiraan apa yang bisa Anda miliki? Silakan dibandingkan.
 
Cara membangun aset tadi memang bukanlah satu-satunya cara. Mungkin Anda memiliki cara yang lebih baik, itu bagus.
Yang perlu dipahami dan semoga menjadi manfaat adalah ternyata petani itu bisa membangun aset. Bisa meniru cara orang kaya dan menjadi kaya. Itu yang terpenting.
 
Jadi, sebaiknya jika Anda petani, pilihlah menjadi petani kaya dengan membangun aset.
Saatnya mewujudkan jargon Petani miskin wes ora jaman. Wong tani yo iso sugih.