Waduk Gajah Mungkur, Bendungan Ikonik Peninggalan Pak Harto yang Kini sudah Sakit-sakitan.


Waduk Gajah Mungkur Wonogiri via Jejakpiknik

Dulur, Anda pasti sudah tahu Waduk Gajah Mungkur.

Mungkin juga merupakan tujuan utama wisata ketika pulang kampung.

Bendungan serbaguna yang membendung sungai terpanjang di pulau Jawa ini menyimpan kisah pengorbanan puluhan ribu warga Wonogiri.

Mereka bersedia hijrah dari tanah tumpah darahnya menuju antah brantah nun jauh dari rumah demi kepentingan umum.

Namun saat ini kondisi ikon Kabupaten Wonogiri ini sudah sangat memprihatinkan.
Setiap tahunnya setidaknya 3.5 juta m3 sedimen mengisi bendungan ini.

Efeknya, umur guna waduk gajah mungkur menurun drastis. Dari sebelumnya 100 tahun menjadi hanya sekitar separuhnya saja.
Artinya usianya tinggal sekitar 15an tahun lagi.

Supaya lebih mengenal bendungan ikonik tercinta Wonogiri ini, mari kita telusuri fakta-fakta menarik berikut, Dulur.

Sejarah pembangunan bendungan serbaguna Wonogiri.

Waduk Gajah Mungkur memiliki luas 88 km2 atau kurang lebih 2 kali luas kota Solo.

Artinya Waduk Gajah Mungkur mengalahkan Bendungan Jatiluhur dalam hal luasan.

Tidak heran sehingga bendungan serbaguna Wonogiri ini masuk menjadi salah satu bendungan terbesar di Indonesia.

Pembangunan bendungan ini dimulai tahun 1976 dan selesai 5 tahun kemudian, 1981.

Peresmiannya dilakukan pada tahun 1982 oleh Presiden ke-2 Republik Indonesia, Bapak Soeharto.

Sebagai informasi, Pak Harto dan Wonogiri memang memiliki hubungan.

Semasa beliau kecil, beliau pernah hidup di Wonogiri, tepatnya di kecamatan Wuryantoro.

Meskipun pembangunan Waduk Gajah Mungkur tergolong cepat, namun itu tidak berarti semua berjalan mudah.

Salah satu persoalan besar yang harus dibereskan sebelum Waduk Gajah Mungkur siap digunakan adalah relokasi warga.

Ini karena Waduk Gajah Mungkur dibangun di area yang berpenghuni alias sudah ada masyarakat yang tinggal di calon area genangannya.

Maka pembebasan lahan juga berarti harus memikirkan daerah/wilayah pengganti untuk permukiman masyarakat yang terdampak.

Total ada 51 desa di 7 kecamatan yang terdampak pembangunan bendungan serbaguna wonogiri ini.
Lebih dari 68.000 jiwa harus rela meninggalkan rumah mereka, tanah tumpah darah mereka demi kepentingan saudara-saudara di Wonogiri dan sekitarnya Wonogiri.

Ini bukan perkara mudah dulur. Bayangkan saja jika kita diminta untuk pergi meninggalkan rumah, hijrah ke tempat antah brantah dengan semua ketidakpastiannya.
Pekerjaan yang mapan, lahan pertanian yang subur, rumah yang sudah puluhan tahun dihuni, serta kerabat dekat, semuanya rela harus ditinggalkan menyambut ketidakpastian di tempat transmigrasi demi kepentingan orang lain.

Ini jelas tidak mudah, namun ini mulia.

Dulur, saudara-saudara kita para warga Wonogiri yang terdampak pembangunan Waduk Gajah Mungkur ternyata memilih pilihan sulit ini.
Meskipun dengan berat hati, mereka mau untuk menjalaninya.

Peristiwa ini dicatat dalam sejarah sebagai Transmigrasi Bedhol Desa terbesar. Sampai sekarang, monument peringatan peristiwa bersejarah ini masih kokoh berdiri di samping Waduk Gajah Mungkur. Atau biasanya tempat ini disebut Plaza.

Selain persoalan mau atau tidaknya masyarakat terdampak untuk transmigrasi, ada persoalan yang tidak kalah rumitnya, yaitu wilayah tujuan transmigrasi bedhol desa ini.

Tentunya setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya dipilihlah  daerah tujuan awal transmigrasi ini adalah Sitiung di Sumatera Barat.

Sebelum proses transmigrasi dimulai, sarana dan prasarana di Sitiung disiapkan oleh pemerintah.
Sekolah, balai pengobatan, jalan akses mulai di bangun di Sitiung.
Bahkan masyarakat setempat membangunkan pasar untuk para transmigran dan diberi nama Wonositi, gabungan dari Wonogiri dan Sitiung. Persaudaraan yang luar biasa.

Setelah Sitiung sudah siap menjadi tujuan transmigrasi, pada Desember 1976 proses transmigrasi bedhol desa dimulai.

Sebanyak 100 KK diberangkatkan sebagai gelombang pertama transmigrasi bedhol desa.
Berturut-turut kemudian gelombang-gelombang selanjutnya transmigrasi bedhol desa berangkat ke Sitiung hingga akhirnya sekitar 2.000 KK warga Wonogiri menempati wilayah Sitiung.

Namun seiring perkembangan kondisi, Sitiung tidak mampu menampung seluruh warga transmigrasi bedhol desa ini.

Pemerintah mencari alternatif daerah lain untuk dijadikan tujuan transmigrasi bedhol desa ini.
Terpilihlah beberapa lokasi lain di Sumatera, antara lain:
Jujuhan, Rimbo Bujang, Alai Ilir, dan Pemenang di Jambi
Air Lais, Sebelat, Ketahun, dan Ipuh di Bengkulu
Panggang dan Baturaja di Sumatera Selatan.

Dengan adanya berbagai persoalan, Transmigrasi bedhol desa ini membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang direncanakan, bahkan hingga mulai proses penggenangan, masih ada masyarakat yang bertahan di area proyek pembangunan bendungan serbaguna Wonogiri.

Namun pada akhirnya, para warga yang tersisa tersebut secara berat hati ikut meninggalkan rumah dan tanah tumpah darahnya demi kepentingan banyak orang. Mereka mencari lokasi lain secara mandiri. Luar biasa.

Manfaat Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

Sebagai bendungan serbaguna, Waduk Gajah Mungkur memiliki berbagai fungsi dan manfaat untuk kehidupan masyarakat.
Berikut beberapa fungsi utama Waduk Gajah Mungkur secara singkat. 

Sebagai pengendali banjir Sungai Bangawan Solo

Sebelum dibangun Waduk Gajah Mungkur dibangun, Kota Solo selalu menjadi langganan banjir.
Bahkan pada tahun 1966 kota solo pernah “tenggelam” karena diterjang banjir.

Salah satu fungsi dari Waduk Gajah Mungkur adalah pengendali banjir Sungai Bengawan Solo.
Jadi, warga solo harus baik-baik dengan warga wonogiri ya. hehe

Pengatur Irigasi

Irigasi 23.600 hektar area pertanian di Kabupaten Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, dan Sragen.

Pembangkit Listrik

PLTA dengan kapasitas 12.4 MW yang terhubung dengan jaringan Jawa, Madura, Bali (Jamali)

Objek Wisata

Saat ini Waduk Gajah Mungkur lebih dikenal karena objek wisatanya.

Bendungan serbaguna wonogiri ini menjadi salah satu tujuan favorit warga wonogiri yang ingin berwisata.

Di dalam area wisatanya ada berbagai wahana yang bisa dijadikan tempat rekreasi.
Berikut ini beberapa wahana yang dapat dinikmati

Wahana omah jungkir
Wahana ini berupa bangunan rumah yang didesain dengan perabotan yang terbalik.
Jadi ketika berfoto di wahana ini pengunjung seolah-olah sedang berdiri secara terbalik di plafon rumah.

Water boom
Jika Anda ingin basah-basahan bisa dilakukan di wahana ini.

Wisata Air
Dulur, kalau Anda ingin menikmati suasana di tengah waduk gajah mungkur, Anda bisa menjelajahinya dengan perahu.
Di Waduk Gajah Mungkur disediakan perahu yang bisa digunakan untuk menikmati keindahan Waduk Gajah Mungkur lebih dekat.

Taman Satwa
Yang ingin melihat kebun binatang mini juga bisa datang ke Waduk Gajah Mungkur.
Meskipun tidak seberapa luas, namun koleksi hewan yang dimiliki lumayan.
Ada gajah, burung kasuari, monyet, buaya, dan berbagai jenis burung.

Tiket masuk objek wisata Waduk Gajah Mungkur pada hari biasa adalah 5.000 dan hari libur 7.000.
Sedangkan parkir motor 2.000 dan parkir mobil 5.000.

Untuk harga tiket per orang wahana omah jungkir 5.000, naik perahu motor 10.000, dan water boom 10.000 pada hari biasa dan 12.500 pada hari libur.

Budidaya perikanan

Pemanfaatan perikanan di Waduk Gajah Mungkur dibagi menjadi dua, yaitu perikanan budidaya keramba, dan perikanan tangkap.

Budidaya ikan di Waduk Gajah Mungkur dilakukan oleh kelompok Masyarakat dan PT Aquafarm.
Total ada 1.050 petak keramba jarring apung yang ada di Waduk Gajah Mungkur.
550 petak dimiliki masyarakat dan 500 petak dimiliki PT Aquafarm.

Jenis ikan yang dibudidayakan adalah nila.

Awalnya selain nila juga ada ikan patin, namun karena pertumbuhan nila lebih cepat maka saat ini budidaya ikan difokuskan pada ikan nila saja.

Permasalahan dan Kondisi Waduk Gajah Mungkur saat ini.

Sudah 37 tahun Waduk Gajah Mungkur menjalankan tugasnya.
Sudah tidak terhitung jumlah debit air yang dialirkan.

Usia gunanya seharusnya masih 63 tahun lagi dari total 100 tahun usia guna yang direncanakan.

Namun sedimentasi menjadi permasalahan serius di Waduk Gajah Mungkur.

Dari studi yang dilakukan para peneliti jepang, setidaknya ada 3.5 juta m3 sedimen mengendap di Waduk Gajah Mungkur setiap tahunnya.

Jumlah ini setara dengan 300.000 truk. Artinya setiap hari setidaknya ada hampir 1.000 truk sedimen yang mengendap di bendungan serbaguna wonogiri ini.

Jika kondisi ini dibiarkan, usia guna Waduk Gajah Mungkur tidak akan lebih dari 15 tahun lagi.

Menyadari semakin kritisnya kondisi Waduk Gajah Mungkur, pemerintah melalui BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Bengawan Solo melakukan berbagai upaya mulai dari pengerukan/dredging hingga pembangunan closure dam/tanggul pemisah dan overflow dike/tanggul pelimpah.

Di Waduk Gajah Mungkur setidaknya ada 5 buah kapal keruk yang ditujukan untuk proyek pengerukan.

Sementara pembangunan tanggul pemisah dan tanggul pelimpah hampir rampung dikerjakan oleh PT. Hazama Ando dan PT. Wijaya Karya (Joint Operation).
Tanggul ini dibangun untuk menangani sedimentasi yang dibawa oleh sungai Keduang.

Sampai saat ini sungai Keduang menjadi penyumbang sedimentasi terbesar untuk Waduk Gajah Mungkur.

Semoga solusi ini bisa menanggulangi atau paling tidak mengurangi sedimentasi di area Waduk Gajah Mungkur.

Sebenarnya selain upaya yang bersifat represif, pemerintah juga terus berupaya untuk melakukan upaya preventif berupa konservasi sabuk hijau (green belt) bendungan serbaguna Wonogiri ini.

Upaya ini akan efektif jika dan hanya jika kita sebagai masyarakat Wonogiri ikut mengambil tanggung jawab untuk menyukseskannya.

Apakah dulur punya kenangan di Waduk Gajah Mungkur? Tuliskan di kolom komentar ya.