kabupaten wonogiri via dinaspmd.wonogirikab.go.id |
Momen lebaran baru saja usai, artinya
tradisi mudik lebaran juga sudah usai. Apakah Anda juga termasuk yang
melestarikan tradisi ini?
Saya menjadi bagian dari tradisi ini, mudik
ke kampung halaman, Wonogiri.
Iya, kota gaplek di ujung timur Jawa
Tengah.
Apakah Anda tahu kalau hampir ¼ warga
wonogiri adalah perantau?
260 ribu warga Wonogiri adalah perantau.
Banyak ya!
Mudik selesai artinya kenangan-kenangan
kampung halaman siap menghiasi hari-hari awal setelah lebaran.
Jika Anda juga bagian dari pasukan perantau
asal kota gaplek tercinta, setidaknya hal-hal ini yang akan terngiang saat
rindu kampung halaman.
Gerbang Kota, Selamat Datang atau Selamat Jalan, Saat Melewatinya
ada Rasa yang Sulit Diutarakan.
selamat datang di wonogiri via indolagu.info |
Sukoharjo, Pacitan, Magetan, dan Ponorogo
adalah kabupaten-kabupaten yang mengelilingi Wonogiri dari barat, selatan,
utara, dan timur.
Dari empat arah ini Sukoharjo dan Ponorogo
yang umumnya digunakan untuk jalur keluar/masuk Wonogiri.
Gerbang/gapura selamat datang memunculkan
semacam suasana kebahagiaan dan ketenangan saat melewatinya, semacam petrikor
hujan pertama.
Gapura selamat jalan, satu objek yang sama
dengan gapura selamat datang namun memunculkan suasana sendu yang sulit dilukiskan,
semacam cahaya matahari duha di pagi yang sepi.
Matahari dan Hiruk Pikuk Pagi, Pasangan Indah yang pada Tempatnya.
sunrise di bukit cumbri via wijapuccino.blogspot.com |
Kesejukan pagi dipadu dengan kehangatan
matahari pagi menjadi sajian sempurna yang sulit dilupakan dari kota gaplek, Wonogiri.
Tidak perduli di pusat kota, di pantai
nampu dan sembukan yang berada di ujung selatan, di dataran tinggi setren
girimanik yang berada di utara, maupun di bukit cumbri yang berada di ujung
timur, semua sama, suasana pagi terasa syahdu.
Hiruk pikuk warga yang akan menjalankan
aktivitasnya mulai dari petani, pedagang, pelajar, hingga pegawai menambah
harmonis kolaborasi kehidupan di kota gaplek.
Anda sudah pernah ke ujung-ujung Wonogiri?
Kalau belum, nanti saat mudik harus dicoba.
Jalanmu yang Lancar (kecuali pas lebaran), Naik Turun, Kelok
Kanan-Kiri, namun selalu di hati.
tikungan irung petruk via pertamax7.com |
Anda pernah merasakan sensasi serasa ingin
pipis saat melaju di jalan ciluk-ba?
Kalau belum pernah, Anda harus menyempatkan
diri melaju di jalanan Jurang Gempal, di Purwantoro.
Dan jalanan yang akan selalu diingat oleh
para pejuang antimo adalah jalan sirkuit ala MotoGP di Sidoharjo.
Belum lagi ada jalan ekstrim ala game
downhill di Setren Slogohimo.
Semuanya selalu menempel di ingatan dan
hati.
Bakso dan Mie Ayammu, yang Serupa tapi tak Sama.
mie ayam dan bakso wonogiri via foodlampung.com |
Lebaran terasa kurang lengkap tanpa
menikmati mie ayam dan bakso wonogiri.
Ada begitu banyak warung makan/restoran mie
ayam bakso di wonogiri, sebut saja Bakso Titoti di Wonogiri, Bakso Tito dan
Istiqomah di Purwantoro yang sudah terkenal.
Dan lain-lain, di setiap kecamatan rasanya
punya jagoan sendiri-sendiri.
Jika Anda perhatikan, tampilan dari mie
ayam maupun bakso yang disajikan nyaris sama namun memiliki cita rasa khas
tersendiri.
Saya tidak akan mengulas bagaimana rasanya
dan apa saja bahannya karena memang bukan ahlinya.
Cita rasa mie ayam dan bakso wonogiri sudah
diakui di berbagai daerah.
Buktinya menurut jatengtoday.com rata-rata
penguasa bakso di kota-kota besar adalah wong wonogiri.
Ini fakta lho.
Mereka yang Tersayang, Iya Mereka.
keluarga via freepik.com |
Bagi yang merantau ijen alias tanpa
didampingi keluarga, pulang kampung adalah momen yang ditunggu-tunggu untuk
melepas rindu.
Apalagi yang masih manten anyar, haess.
Bukan mengada-ada, seperti lirik lagunya
mas Didi Kempot, “ra maido sopo wong sing ora kangen, adoh bojo arep turu angel
merem…”
Pada akhirnya,…
ke Jakarta via pinterest.com |
Merantau, urbanisasi memiliki sisi positif
dan negative dari sudut pandang berbeda.
Positifnya, dengan adanya urbanisasi
menjadi salah satu solusi meningkatkan kesejahteraan hidup mengingat lapangan
pekerjaan di wonogiri belum maksimal dalam memberikan kesejahteraan.
Negatifnya, wonogiri banyak ditinggalkan
para generasi usia produktifnya sehingga tidak banyak pilihan SDM yang
tersedia.
Jadi baiknya bagaimana?
Banyaknya perantau dari wonogiri sebenarnya
adalah berkah yang sepantasnya disyukuri dan dimaksimalkan.
Sudah banyak warga wonogiri yang sukses di
perantauan, kisahnya juga sudah banyak.
Sebut saja: Pak Parno yang membangun
“Istana Merdeka” di Sidoharjo, Pak Slamet Triyanto pemilik Bakso Titoti, dan
masih banyak lagi.
Butuh pembahasan khusus untuk mengulas para
pengusaha sukses ini.
Selain sosok individu yang overpower
(hiperbola), banyak juga paguyuban perantau wonogiri yang peduli dengan kampung
halamannya.
Banyak kegiatan dan gerakan positif yang
dicetuskan, mulai dari yang sederhana namun indah semisal adanya posko mudik
anggota paguyuban hingga kegiatan bedah rumah warga yang tidak mampu.
Ini menegaskan bahwa potensi positif para
perantau sangat besar.
Jadi alangkah baiknya pemerintah daerah
mampu menjadi dirijen dan mediator untuk memaksimalkan potensi ini.
Potensi ilmu dan modal yang bisa disalurkan
dan ditularkan kepada para warga wonogiri utamanya yang muda dan berpotensi.
Program pelatihan, mentoring, dan evaluasi akan
sangat mudah tersebar apabila bisa difasilitasi pemerintah daerah.
Kabar baiknya, pemerintah daerah sudah
mulai bergerak untuk memaksimalkan dan menghargai para penyumbang ekonomi
wonogiri ini.
Lebaran tahun ini pemerintah daerah
menyediakan angkutan mudik gratis dari wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Ini langkah yang bagus, yang harus
diapresiasi dan didukung.
Semoga menjadi langkah awal menuju
pengelolaan sumber potensi perantau untuk ditularkan kesuksesannya kepada warga
wonogiri.
Agar wonogiri sukses, menjadi semboyan
sekaligus kenyataan hakiki.
Ini pendapat pribadi, masih bisa dikoreksi
dan diperdebatkan.
Semoga kita para perantau bisa turut andil,
dan balik desa, mbangun desa. (Dadang Kurnia)
Apa Anda sudah rindu Wonogiri?
Apa saja pengalaman dan kerinduan Anda kepada Wonogiri?
Tuliskan di kolom komentar ya.