Sociopreneur Muda Indonesia: Nur Agis Aulia, Petani dan Peternak Milenial Anggota DPRD Kota Serang


Petani dan Peternak Milenial Anggota DPRD Kota Serang


Nur Agis Aulia,

Sudah diterima di BUMN malah memilih kembali ke desa untuk jadi petani dan peternak. Sekarang? Dia sukses menjadi petani dan peternak milenial. Bahkan di usianya yang baru memasuki 30 tahun sudah menjadi wakil rakyat di DPRD Kota Serang.

Tidak memiliki latar belakang pendidikan pertanian maupun peternakan. Justru lulusan  Pembangunan Sosial dan  Kesejahteraan UGM, Bagaimana bisa mas Agis memilih kembali ke desa dan menjadi petani-peternak?

Motivasinya ada 2. Pertama: pangsa pasar besar, kedua: bermanfaat bagi masyarakat desanya.

Mas Agis melihat potensi pasar produk pertanian dan peternakan sangatlah besar. Tidak ada matinya. Yang bisa produksi ya di desa.

Motivasi selanjutnya, bermanfaat bagi orang lain adalah purpose hidupnya. Potensi agar dia bisa menjadi manfaat bagi banyak orang, ya ada di desanya. Dia punya visi yang tajam.

Lebih detail mengenai kedua hal ini.

Pertama potensi pasar produk pertanian dan peternakan. Besar, sangat besar.
Buktinya? Pemerintah Indonesia masih mengimpor produk pertanian dan peternakan.
Beras, jagung, kedelai, bahkan daging kerbau masih impor. Jumlahnya? Banyak sekali.
Ribuan, ratusan ribu, bahkan, jutaan ton.

Bisa dibaca diberbagai sumber:

Impor beras menurut BPS
Beras dan Kedelai masih Impor
Kebutuhan daging sapi

Jadi potensi pasar produk pertanian dan peternakan masih sangat besar. Mas Agis melihat ini sebagai peluang. Visioner!

Motivasi kedua, menjadi manfaat bagi orang lain. Di desa, peluang lapangan pekerjaan lebih sedikit dibandingkan di kota. Itu kenyataan, sudah jadi kebenaran umum. Mas Agis berasal dari desa. Punya visi, punya potensi, punya kemauan kuat untuk menebar manfaat terutama bidang ekonomi. Perfectly Match!

Hasilnya? Yes, dia berhasil!

Dimulai tahun 2013, dengan modal 24 juta dari hasil patungan, saat ini omzet Jawa Farm per tahun tidak kurang 2.5 Miliar. Iya, itu omzet saat ini, di masa pandemi. Orang yang menerima manfaat? Banyak sekali.

Yang secara langsung sudah belajar dan menimba ilmu di Jawa Farm sudah lebih dari 500 orang.

Yang makan produk dari jawara farm? Tidak bisa dihitung. Mulai dari balita hingga dokter mungkin sudah pernah menikmati produk pertanian dan peternakan Jawara Farm.

Bagiamana mas Agis memulai semua kesuksesan ini?

Selalu ada langkah permulaan pada sebuah kesuksesan. Kalau kegagalan, tidak wajib ada langkah permulaan. Tidak memulai pun otomatis gagal.

Jadi, bagaimana mas Agis memulainya?

Saat kuliah, mas Agis sudah sering melakukan penelitian di desa-desa berkaitan dengan tugas kuliahnya.

Rata-rata petani yang dia temui sudah berusia 40 tahun ke atas. Tingkat kesejahteraan masih rendah.

Kurangnya petani muda menyebabkan inovasi di sektor pertanian seperti jalan di tempat. Ini jadi perhatian mas Agis.

Inovasi tidak ada, kesejahteraan juga tidak akan meningkat.

Tekad untuk membuat inovasi di sektor pertanian mendorong mas Agis memilih jadi pertani milenial. Petani dengan inovasi produk dan inovasi bisnis.

Tidak mudah mewujudkan cita-cita indahnya.
Setelah lulus kuliah, sempat mendapat tawaran kerja di BUMN. Dia memilih pulang ke desa.
Orang tua tentu tidak sepakat.
Jauh-jauh kuliah ke UGM, berprestasi, ada tawaran pasti di depan mata, malah pilih bertani.

Setelah berdiskusi serius dengan orang tua, mas Agis meminta waktu 2 tahun untuk membuktikan pertaniannya, konsep bisnisnya.

Dia sewa lahan 2.000 m seharga 12 juta untuk 5 tahun. Modalnya? Patungan bersama teman-temannya.

Lahan ditanami timun dan kacang panjang. Dipanen sendiri, dijual sendiri. Tidak membayar karyawan. Itu efisiensi. Kata mas Agis.

Hasil panen dijual ke perumahan-perumahan di sekitarnya. Dua kali musim panen masih dilakukan sendiri, selama 6 bulan.

Setelah usahanya di bidang pertanian mulai berjalan. Dia melihat peluang peternakan sapi dan kambing perah. Daerah panas, belum ada yang ternak sapi dan kambing perah. Ini peluang!

Seperti biasa, awalnya tidak mudah. Konsumennya belum percaya kalau produk susunya benar-benar fresh hasil ternak sendiri. Mas Agis kasih gratis, sebagai sampel. 

Kalau konsumen mau membuktikan peternakannya, diajak ke kandangnya langsung.

Akhirnya perjuangannya mulai membuahkan hasil.

Ada investor yang menyediakan tanah 8 hektar untuk dikelola. Mas Agis membuat pertanian terpadu. Pertanian, peternakan, perikanan, dikelola saling berkesinambungan.

Berbagai penghargaan diraih Nur Agis Aulia yang paling bergengsi antara lain: 

Nominator kick Andi Young Heroes,
Duta Petani Muda Kompas, 2018

Hebatnya, mas Agis sudah memiliki gambaran jangka panjang untuk hidupnya.
Dia punya cita-cita menjadi gubernur Banten 2031. Menjadi menteri koperasi dan desa terpadu 2035. Wow! 

Ini tidak main-main. Bukan omong kosong. Buktinya dia sekarang sudah menjadi anggota DPRD kota Serang. Usia? 32 tahun!

Semoga menjadi inspirasi kita. Dan yang lebih penting, semoga kita bisa mengikuti langkahnya untuk bermanfaat bagi orang lain.



Wonogiri Sukses!